PENELITIAN SOSIAL GERABAH BALONGMULYO
Tradisi pembuatan gerabah berada di wilayah penelitian,yaitu di Desa Balongmulyo,sekitar 2 kilometer ke arah timur Desa Plawangan.Desa ini berpenduduk sekitar 264 kepala keluarga dengan matapencaharian utama membuat gerabah yang telah dilakukan secara turun-temurun.
Asal usul keberadaan kelompok sosial pengrajin gerabah balongan yakni berawal dari sejarah dulu-dulu kita bisa dengan melihat kalau orang orang tua,nenek moyang kita adalah sebagai pengrajin gerabah.Gerabah balongan ini disebut sebagai polopor,sebagai penyokong budaya tembikar manusia plawangan sebelum masa prasejarah.
Sejak tahun 1989 itu baru ada yang namanya rintisan pembuatan gerabah yg semula ingin dibuat semacam studi banding,tapi alih alih karena kesiapan dari warga setempat sendiri terkait dengan sumber daya manusia mengenai bagaimana cara gerabah ini bisa maju sehingga dulu di ambilkan tenaga dari jepara datang ke balongan supaya tahu mengenai cara pembuatan gerabah.
Tetapi setelah berjalannya waktu tidak ada yang mengkoordinir lagi dan baru-baru inilah adanya destinasi desa wisata, kemudian ada wisata baru lainya
terbukti dengan adanya Paguyuban Perajin gerabah namanya kundi. kundi adalah istilah zaman kuno yakni pembuat gerabah.
Nah,bahan untuk membuat gerabah berasal dari tanah
liat dan pasir halus.Tanah liat di ambil dari lahan di sekitarnya.Adapaun bahan pasir diambil dari sungai Terlas, sekitar 4 kilometer sebelah barat Balongmulyo.Tanah liat dan pasir tersebut dicampur sampai rata dengan perbandingan 2,5 bagian tanah liat dan 1 bagian pasir.Setelah itu siap untuk di bentuk sesuai dengan keinginan.
Pelaksanaan pembuatan gerabah menggunakan alat-alat yang terdiri dari roda putar(merbot),tatap pukul(medok),tatap dasar (sangklir). Alat-alat tersebut di buat dari kayu, sedangkan tatap landas (Selo)dibuat dari batu andesit, dan alat kerok (kerik)dibuat dari bahan bambu atau lempengan baja.
Teknik pembuatan gerabah menggunakan roda putar dan tatap yang di kombinasikan dengan teknik pilin,yaitu segumpal tanah liat yang di letakkan di atas roda pemutar lalu dibuat bentuk dasar gerabah,kemudian dilakukan penambahan tanah liat yang di bentuk pilin untuk membuat bentuk gerabah yang di inginkan.
Setelah jadi dibiarkan di tempat terbuka (diangin-anginkan), kemudian dilaku kan pembentukan kedua dengan cara penghalusan dengan kerik dan tatap Cara seperti ini diperguna kan untuk membentuk wadah, antara lain tempayan, cawan, periuk, atau kendi. Beberapa jenis gera bah dipoles dengan bahan warna yang disebut dengan puru Bahan warna yang digunakan adalah semacam tanah liat jenis lempung, warna coklat muda yang diambil dari Desa Kumba (di wilayah Pa motan sekitar 12 km dari Balongmulyo)
Puru umumnya dibubuhkan pada bagian tutup, tepian lebar, dan bagian badan pada benda-benda dari jenis kekep (tutup) dan gemuk (tempayan) Untuk pembuat an bandul jaring (undi), dilakukan dengan cara tanah liat dipilin dengan bantuan alat penusuk dan bambu (linti) Setelah pembentukan pilin merata, penusuk dari bambu dicabut, kemudian pilinan tanah liat dipotong-potong ukuran panjang sekitar 5 cm dengan alat pemotong dari benang yang diikatkan pada bambu berbentuk melengkung
Dalam proses pembakaran menggunakan teknik terbuka (open firing), bahan bakar yang digu nakan adalah jerami dan sekam Gerabah yang akan dibakar diletakkan di atas tumpukan jerami dan sekam, serta disusun sesuai dengan bentuknya. Kegiatan ini dilakukan oleh kaum wanita Setelah ge rabah disusun, maka tumpukan sekam dan jerami dibakar
Tenaga wanita memegang peranan penting dalam hal pembuatan gerabah dan penyusunan gera bah dalam proses pembakaran, sedangkan mencari dan mengolah bahan baku serta mencari bahan bakar dan menyalakan api untuk pembakaran dilakukan oleh kaum laki-laki
Proses pemasaran gerabah sebagian besar ditangani oleh kaum pria, terutama untuk gerabah da lam bentuk-bentuk yang besar seperti tempayan (gemuk), sedangkan kaum wanita hanya menjual ge rabah yang bentuknya relatif kecil, seperti periuk dan cawan Transportasi yang digunakan selain ja lan kaki, juga menggunakan sepeda atau kendaraan umum, lokasi pemasaran mencapai Tuban, Pa motan, Kerek, Jatirogo, Umbakboyo, Bangiran, dan Lasem.
Adapun berapa produk gerabah yang di hasilkan para pengrajin diantara yakni:
Dari produk produk yang di hasilkan oleh para pengrajin menghasilkan mulai dari yang terkecil yakni ada cobek, kemudian ada juga enton yaitu semacam kuali tapi yang kecil,ada juga wajan,tangepan,kekep,ngaron,genog/tandan air dan jaringan untuk menampung beras.
Nah selain keunggulan-keunggulan dari gerabah tersebut tentu ada hambatan-hambatan yang di alami para pengrajin,yakni
•kebutuhan masyarakat di luar desa sendiri terkait dengan produk tersebut yang peminatnya jarang.
•Nilai jual yang tidak begitu mahal,karena belum ada kreativitas sentuhan-sentuhan seni menarik lainya.
•Kurangnya Sumber Daya Manusia.
Demikian yang dapat saya sampaikan pada blog kali mengenai Penelitian Gerabah Desa BalongMulyo. Mohon maaf apabila ada kata yang salah dalam penulisan saya dan saya ucapkan terimakasih.
Penulis:Nur Safitri
Kelas: Xl IPS 5
Absen:27
SMA N I PAMOTAN